Industri Kita, Kasta Neo Brahmana & Neo Ksatria serta Slave Labour


Industri Kita, Kasta Neo Brahmana & Neo Ksatria serta Slave Labour

Minggu lalu aku ikuti Workshop 2 hari tentang tema-tema Industri 4.0 dan bagaimana Perusahaanku terlibat disana untuk “JUALAN” ke Client kelas Kakapnya.

Artinya Tema-Tema ini benar-benar sudah aplikatif. Industri Jerman dan Eropa bertransformasi ke Industri 4.0. Jelas Digitalization, Mobile Device, Virtual Plattform, Block Chain, Big Data and Analytics, Cloud, Artificial Intellegence (AI) bukan lagi jadi tema Seminar Akademis tapi sudah jadi Workshop Manajemen Konsultan Firm ke Client-nya Perusahaan-Perusahaan di berbagai sektor Industri.

Ini luar biasa. Aku baca kasus (saat jadi Konsultan Manajemen) di sebuah perusahaan kimia di Frankfurt yang memiliki Industrial Park. 20 tahun lalu karyawan di Chiemical Park Industrial itu sekitar 65.000. Lalu karena adanya automatisasi jumlah karyawannya turun jadi cuma 17.000. Lay-off besar-besaran. Hebatnya produktifitasnya naik 10 kali lipat.

Itu baru kasus Automatisasi!

AI itu justru bisa pada tahap Mesin mampu melakukan Decision Making. Kalau Automatisasi Mesin cuma selesaikan urusan operative dan mekanis, klo AI menyelesaikan Decision Making. Ini bukan lagi tema diskusi di kelas-kelas kampus, ini real di implementasikan di industry.

Konsekuensinya:
1. Industri yang tidak bisa bertransformasi akan terlibas baik diakusisi oleh lawan atau terlikuidasi.

2. SDM kita (Indonesia) yang besar akan jadi masalah besar buat kita. Mereka; mulut dan perutnya harus disumpal sebanyak 260 juta dan terus akan bertambah jumlahnya. Sementara mereka yang rendah skill dan knowledge tidak dibutuhkan.

Bagaimana mengatasinya?
Apakah kita mampu untuk invest memperkuat SDM (softskill) sehingga memenuhi Industri 4.0 serta meng-enhance Industri kita bertransformasi ke level 4.0 ?

Jika kita semua selalu bilang India dan Cina kan bisa atasi ini serta mampu bersaing dengan negara industri maju. Maka sisi gelap dari mereka adalah menjadikan sebagian besar rakyatnya sebagai SLAVE labour untuk industrialisasinya.

Akankah kelak di Indonesia ada Kasta Brahmana dan Ksatria versi baru nan super elit karena mereka berhasil melewati jenjang pendidikan super world class yang super mahal, sementara sebagian besar lainnya adalah kelas Paria yang akan diinjak2 kepalanya karena tidak punya akses untuk memasuki proses belajar yang super elit ini…?

Bagi mereka para Innovator yang brilyant akan menjadi Para Brahmana baru dalam persaingan Industri 4.0
Bagia mereka para Eksekutive professional akan menjadi Para Ksatria baru dalam persaingan Industri 4.0

Tapi bagaimana dengan sebagain besar lainnya yang tidak dibutuhkan sama sekali keberadaannya karena automatisasi dan artificial intellegence ini?

Ini kah akhir cerita kita nantinya? Mimpi akan Gemah Ripah Loh Jinawi, Nagari Tongkat Kayu dan Batu Jadi Tanaman, Bukan Lautan Hanya Kolam Susu?

Apakah akan seperti ini akhir cerita kita nantinya: sebuah masyarakat kecil nan super elit Kasta Neo Brahmana dan neo Ksatria lalu lainnya yang mayoritas mutlak akan jadi kasta Paria?

Jawabannya: Die Hoffnung stirbt zuletzt ā€“ Harapan (untuk tetap optimis) selalu paling terakhir mati. Dia baru boleh mati jika nyawa sudah meninggalkan badan. ā€“ Ini jawaban diplomatisku.

Jawaban jujurku: Kita butuh miracle šŸ˜Š
God will help us all ā¤

#dariTepianLembahSungaiElbe

Ferizal Ramli

Satu komentar di “Industri Kita, Kasta Neo Brahmana & Neo Ksatria serta Slave Labour

  1. “Bagi mereka para Innovator yang brilyant akan menjadi Para Brahmana baru dalam persaingan Industri 4.0”
    “Bagia mereka para Eksekutive professional akan menjadi Para Ksatria baru dalam persaingan Industri 4.0”

    Pertanyaan yang lebih fundamental: Apakah kasta elit ini tetap bangsa Indonesia ??

    Kenyataannya yang terjadi adalah di Indonesia di bisnis teknologi (eCommerce, Automation, Manufacturing, Transportasi), kesempatan yang dibuka seluas-luasnya adalah bagi asing dan memang asing inilah yang punya uang, otak, tenacity dan network.

    Bahkan bos eCommerce Tiongkok dijadikan advisor startup di Indonesia.

    Beberapa startup unicorn memang CEOnya masih orang Indonesia, tapi siapakah pemilik saham mayoritas-nya ?

    XXXXX

    Hallo Michael,

    Pertanyaan anda sulit dijawab karena itulah kekhawatiran kita semua terhadap dampaknya bagi Indonesia.

    Salam Tabik selalu

    Ferizal

Tinggalkan komentar